Pengumuman!

Pengumuman!
Mohon maaf sebelumnya karena minggu depan tgl. 18 - 21 Februari warung "TUTUP."

Petunjuk Jalan

Sebagai petunjuk jalan Alternatif 1, kalo lewat Kalimalang tanya Jl. Kincan Raya atau Jl. Caman. kalo pake tol cikampek dari Cawang lo keluar JatiBening pas pintu Tol arah Bandung lo ambil jalur paling kiri....abis pintu tol lo ambil arah muter yang ke kiri, itu sudah di Jl. Kincan Raya. terus aja ikutin jalan kejembatan nyebrangin tol sampe lo ketemu pertigaan sekitar 1 kilo, disebrang ada apotik K24, belok kanan, trus lansung belok kanan lagi udah masuk Perum Jatibening II. sekitar 1 kilo dari situ sebelah kanan jalan. Alternatif ke 2 buat yang dari luar kota, Tj. Priok atau BSD, bisa lewat Tol Outer Ringroad keluar di Kalimalang. Di lampu merah belok kanan. 300 meter ketemu lampu merah lagi belok kiri, itu sudah di Jl. Caman. sekitar 2 kiloan ketemu Apotik K24 sebelah kiri jalan lo belok kanan udah masuk Perum Jatibening II. sekitar 1 kilo dari situ sebelah kanan jalan ada gw deh lagi jualan...kalo nyasar telpon gw di 021-93059077...hehehehehe...! Happy hunting...gw tunggu kehadirannya...

PETA

PETA
Klik gambar untuk lebih jelas

Kamis, 13 November 2008

Memulai usaha makanan Bagian II

Di bagian ke dua ini saya akan bercerita perjalanan saya dalam memenuhi barang kebutuhan warung. Kayanya sepele tinggal beli aja tapi ternyata ngak bisa begitu juga kecuali tanpa batasan anggaran belanja. Penentuan dari pada barang kebutuhan ini di mulai dari menu makanan itu sendiri kemudian luas tempat dan mau seperti apa.
Awalnya saya cukup bingung mau mulai dari mana karena kalo yang namanya beli gerobak makanan ngak ada tokonya dan
kalo harus bikin harus kemana, rodanya aja beda. Saya keliling-keliling dekat rumah nanya tukang las bisa ngak bikin roda untuk gerobak? Sebagian bilang bisa tapi bapak harus bawa pelek bekasnya. Waduh ribet amat. Di tukang Jual kayu mereka bisa bikinin gerobak tapi tetep bapak harus bawain rodanya biar nanti dipasangin. Tanya punya tanya ternyata ada yang jualan roda gerobak yang sudah jadi dan tinggal pasang. Sempet panik tapi karna tidak berhenti usaha akhirnya ketemu juga. Untuk soal gerobak ini model dan warnanya selera, tapi ini adalah salah satu daripada branding kita nantinya. Ukuran, bentuk, warna bisa di jadikan ciri khas warung kita. Kalau suatu saat nanti kita mau buka cabang atau mungkin jual franchised akan lebih mudah dikenali oleh konsumen. Jadi ternyata ada pentingnya juga yang kadang diabaikan oleh banyak pedagang. Tentunya di saat yang bersamaan saya harus memikirkan juga logo atau istilah kerennya branding. Hal ini memang sepertinya mudah tinggal kasi nama tapi kalau punya impian besar untuk berkembang buka cabang dan franchising ini menjadi sangat krusial sekali. bagi yang bisa komputer mungkin bisa aja coba-coba bikin sendiri tapi kalo dibuatkan oleh ahlinya design grafis pasti akan lebih sempurna dan kita bisa kasih mereka masukan soal tema dari warung kita. Disaat yang bersamaan juga saya harus cari tukang tenda yang bisa bikin sesuai dengan warna branding kita jadi "Custom made" atau sesuai pesanan. Begitu juga dengan piring, meja, kursi dan yang lainnya diusahakan diseragamkan tapi jangan terpaku karena angaran saya terbatas.
Yang pasti kalo mau belanja alat-alat dagang seperti ini bagi yang di wilayah Jakarta pergi aja kepasar Senen disana semuanya lengkap tapi sebelum kesana harus survey harga dulu di tempat-tempat terdekat, jadi sampai sana sudah tau harga serta dapat menetukan anggaran dan bisa neken harga lagi. Yang terpenting setiap kebutuhannya di catat dari rumah untuk menghindari pembelian barang yang ternyata tidak di perlukan. Setelah semua bahan kebutuhan tercatat dengan rapih, jangan langsung belanja dulu karena rencana dagang kita belum cukup kuat realisasinya. Tunggu sampai kita sudah punya orang-orang yang akan bekerja serta menu makanan dan minuman yang kongkrit.
Hal kelima yang saya lakukan adalah mempekerjakan orang. Kalo untuk warung tenda setidaknya kita punya 2 orang dulu yang pasti jujur, terampil, rajin dan cekatan. Saya bingung juga awalnya harus di latih apa orang-orang ini supaya saya tahu pasti kalo mereka adalah orang yang saya butuhkan. Tapi saya acuh saja biar sambil jalan mungkin ketahuan. Dalam mencari orang-orang ini saya menggunakan jalur kekeluragaan dan pertemanan karena unsur kepercayaan saat ini agak sedikit sulit tapi kalo kita tahu latar belakangnya akan lebih meringankan beban moral mereka dan kita.
Akhirnya saya dapat 6 orang yang mau ditraining dan tinggal dirumah selama 7-10 hari saya bilangnya kemereka. Sifatnya mereka sementara dan saya sudah bilang kalau saya hanya akan memperkerjakan 2 orang saja. Saya sempat bingung harus mulai dari mana tapi ternyata justru dari mereka sendiri yang menawarkan apa saja yang mereka bisa lakukan. Jadi saya memulainya dengan meminta mereka melakukan keterampilan mereka masing-masing selama 2 hari. Kemudian setiap hari berikutnya saya minta mereka untuk bergantian tugas dan ternyata benar di hari keempatpun saya sudah dapat melihat siapa saja yang rajin dan terampil. Kesimpulan ini saya dapat tidak hanya dari pekerjaannya tapi juga kesehariannya. Bangun pagi, kebersihan dan kerapihan menjadi terlihat dengan jelas disaat mereka tinggal dirumah kita. dan untuk cekatan dan kejujuran saya dapat menilai mereka dari percakapan dan tindak tanduknya saat diperintah. Pada akhirnya saya memilih untuk memperkerjakan 3 orang dari mereka karena saya sangat menyukai mereka. Keputusan inipun sudah dapat saya utarakan di hari ke delapan dan di hari ke sembilan yang lain saya pulangkan dengan sedikit ongkos tentunya.
Dengan demikian untuk saya belanja keperluan saya sudah ada orang-orang yang dapat diandalkan sebatas tenaga dahulu. Keberadaan mereka membuat saya jadi lebih bersemangat.
Jadi ini sangat penting di dahulukan sebelum kita mengeluarkan anggaran untuk kebutuhan. Prosess mencari dan memilih orang untuk di latih ini cukup lama dan bagi setiap orang akan berbeda dan disini kesabaran dan tekad kita ter uji. Banyak cerita sudah belanja semua barang ternyata tidak jadi buka karena belum dapat orang dan tidak sabar akhirnya malah jadi rugi. Ini yang saya ingin hindari karena menurut saya dalam mengejar impian pasti banyak kendalanya jadi kita jangan terbawa oleh emosi ataupun semangat yang besar tapi hanya di awal saja. Kesabaran sangat dibutuhkan dalam berusaha.
Demikian bagian kedua yang dapat saya sampaikan semoga ber manfaat. Kalo ada pertanyaan jangan sungkan-sungkan yach...!

Selanjutnya......

Selasa, 11 November 2008

Memulai usaha makanan Bagian I

Hari ini tanggal 12 November 2008 saya baru memulai blog ini. Yang pertama sekali yang ingin saya informasikan adalah pengalaman saya dalam memulai menggeluti usaha warung tenda. Semoga dapat bermanfaat bagi rekan-rekan semua.
Sejak Agustus 2008 saya dengan terpaksa harus berhenti bekerja karena perusahaan bankrut. Pendek kata, saya berkesimpulan untuk memulai usaha kecil. Awalnya begitu banyak pilihan untuk membuka usaha yang terlintas dikepala saya. Dari percetakan, digital printing, Sembako dan
sempat juga terpikir untuk beli franchised yang kira2 terjangkau. Setelah melihat-lihat ternyata begitu banyak franchised yang berkategori makanan. Akhirnya, saya memutuskan untuk berjualan makanan sendiri, karena variasi dan inovasi makanan itu tidak akan ada ujungnya dan kesempatanpun masih banyak apalagi dalam kondisi ekonomi sekarang ini. Nah, dalam memulai bisnis ini yang pertama sekali saya pertimbangkan adalah kebulatan tekad saya untuk memulai usaha kecil.
Yang kedua, saya menentukan makanan apa yang mau saya jual. Dalam penentuan hal ini, saya browsing di Internet mencari resep yang sederhana, murah bahannya dan tentunya mantap rasanya. Terus terang saya memang sangat terbatas dalam hal keuangan. Dari hasil browsing tadi kemudian saya pilah pilih lagi menjadi beberapa kategori yang al hasil saya memutuskan untuk berkonsentrasi pada kategori ikan. Pilihan ini terpilih karena unsur kesehatan yang sudah mulai menjadi orientasi konsumen terhadap makan ikan itu sehat.
Seperti yang saya sebutkan sebelumnya bahwa saya sangat terbatas maka saya mulai melirik Ikan lele. Ternyata ikan ini belum banyak di variasi di Indonesia. Namun, lain halnya di luar negeri, ikan lele ini banyak sekali varian resepnya dan hampir diseluruh dunia pasti ada ikan lele berarti ikan ini sangat layak dikonsumsi.
Dari sinilah saya bertekad bulat untuk berkonsentrasi dengan lele. Karena keterbatasan lagi, saya ingin memulai dengan citarasa Indonesia dulu, sebab kalau berikut yang internasional bahan-bahannya agak sedikit mahal dan harga jualpun agak sulit untuk warung tenda. Jadi, saya memulailah bervariasi masakan Ikan lain menjadi masakan Ikan lele. Tentunya harus agak pilah pilih karena penanganan ikan lele ini tidak seperti ikan yang lain. Dia agak sedikit rumit karena lendirnya yang extra dan baunya yang kurang sedap. Jadi hampir seperti daging kambing, kalau salah ngolahnya, sesudah masakpun masih bau. Sudah barang tentu ini hal yang tidak dapat kita abaikan sebagai kwalitas makanan yang kita tawarkan pada konsumen.
Untuk memperbaiki pilihan menu yang terbaik nah ini agak sedikit runyem karena harus kocek kantong yang agak lumayan. Saya mencoba hampir 20 resep ikan dan semuanya lumayan enak menurut saya. Tapi dari hasil survey hanya 8 Resep saja yang mendapatkan pujian lebih dari 50% orang yang datang. Dari 8 resep inilah saya mulai dapat menghitung keperluan bahan baku. Yang kira-kira bahannya terlalu banyak yang sendiri, itu saya singkirkan dahulu untuk menekan biaya. Contohnya Satu resep memiliki 5 bahan dan bumbu atau lebih yang tidak digunakan pada resep lainnya. Untuk pengadaan survey ini jangan terlalu pusing, lakukan dengan yang ada. Contohnya, Saat acara keluarga, acara teman, arisan, dan lain-lain, untuk lebih cepat undang keluarga dan teman kerumah. Kuncinya pada saat sebelum makan anda harus bilang kalo masakan ini dibuat untuk warung anda dan anda meminta pendapat mereka yang sejujur-jujurnya. Dengan demikian, sayapun sudah mendapatkan menu andalan untuk warung.
Agar supaya tidak membebankan saya pribadi dalam usaha, saya mengajak pembantu rumah tangga saya untuk memasak karena disitu adalah investasi saya dalam hal masak memasak. Disaat saya membutuhkan tukang masak untuk menjaga warung saya, untuk training memasak saya dapat langsung menyerahkannya kepada pembantu rumah tangga saya, sehingga waktu saya dapat digunakan untuk aktifitas yang lain. Kecuali Anda menyerahkannya kepada ahli masak atau chef yang tentunya mempengaruhi biaya.
Demikian bagian pertama dari pengalaman saya yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat. Jangan lupa Ikuti lanjutannya di bagian II dalam mempersiapkan kebutuhan usaha dalam waktu dekat ini.

Selanjutnya......

Tukar Link dan Promosi Website